permulaan bermula di mana seorang pujangga rimba melangkah kan kaki menerjah kota.. menerjah alam yang barang kali sudah biasa bagi nya kerna dia sendiri mula membuka mata di sebelah hospital sakit jiwa, di kliik ampuan mahkota.
dia, seorang pujangga yang ceria, yang boleh di katakan antagonis yang membawa unsur cinta kepada sesama.. bila bermula seorang dewasa, hati terdetik dengan satu kata, aku bukan seorng yang hina, aku juga perlu pasangan bercinta.. ini kerana dia, seorang pujangga belia yang lahir zahir dari sifat ketua, pemimpin dunia yang bernama lelaki.. pujangga lelaki yang mempunyai seni suara irama sang raja, irama rimba, irama cinta yang membawa kemanisan bersama..
sehinggalah suatu hari dia berjalan, dia jatuh leka terkena panahan asmara cinta berbunga, layu haru biru dek pandangan anak mata seorang hamba kaum hawa.. boleh di katakan membawa senyuman kegembiraan bagi dia.. tersungkur menggelupur dibius saraf khilaf indah, dia kini sudah memiliki dia sebagai puteri mahkota.. perjalanan sukar tertempa bersama, suka duka, tawa hiba, tangis tawa, semua di kecapi bersama dalam jangka masa satu musim luruh..
luruh jatuh akhir nya.. carikan kata berbunga akhirnya tiba ke puncak memisahkan dua pencinta.. mungkin kerna kurang pemamahaman bersama, mungkin juga bukan jodoh untuk bercinta dan mungkin itu takdir dari-NYA.
terpisah sebuah kisah hangat yang mulanya basah, membuatkan jiwa nya lemah longlai, seperti tungai di alur-alur sungai yang di penuhi bangkai-bangkai..
masa itu, terperuk beruk kisah setangkai kehidupan yang mulanya riang-ria ketawa akhirnya keraguan.. mungkin malam tak perlu bulan untuk terus punyai bulan.. kini manusia sendiri memiliki berbolan bulan-bulan kehidupan..
tatkala sang sufah meniti sendiri atas garisan bacaan sekala rikter yang telah lama dipuisi untuk setiap peribadi, di situlah terbuka satu dasar diplomatik menggabungkan tangkai-tangkai kehidupan supaya bersatu damai sebelum ia menjadi bangkai-bangkai ampai.. ianya penyatuan bukan persatuan..* almaklum lah, takut di kecam organisasi babylonasi. bertemu mata oleh si buta yang terkial-kial mencari dengan mata yang indah petunjuk cahaya, nur'din...
si pemuda pujangga rimba yang sebelumnya kesepian dengan bulan dapat mengenali kedamaian kehidupan melalui kebebasan.. dalam seni yang mula nya berkaca cinta, namun kini terus dengan kebangkitan.. *ini di namakan, uprising.. here, time to wake the dead up. life will never ends. it will be together, forever as one lover.
nah.. is the time to choose the king's to lead.
kabur, terus kabur dalam memikirkan pembalikkan.. so, untuk apa pergi balik tempat sama, baik terus jalan. *malaysia patut buar DASAR PANDANG KE DEPAN. usah tunduk akur dengan permainan. jalan terus jalan ke depan.. terus-menerus kebangkai, alur sungai, di situ wujud satu telapak kasih yang memberi makna dunia dan syurga.
berikut ada lah hasil nukilan si jaga yang dulu nya setia jaya menjaga bulan ;
~BULAN~
Oh Bulan Terang,
Sinar Harapan Hidop Ku,
Cahaya Bintang Terpancar Berseri,
Oh Cinta Ku Tetap Bersemadi Dalam Hati,
Walaupun Diri Mu Jauh Dari Ku.....
Khayalan Mimpi Indah,
Menyelubungi Tidur Ku,
Setiap Detik Tak Pernah Ku lupa Mu,
Sayang Ku,Rindu Ku,
Kau Lah Cinta Ku....(Hanya Untuk Mu)
Semua Hanya Untuk Hidop Di Samping Mu,
Kau Umpama Dewi Yang Slalu Di Hati,
Disaksikan Alam Bumi,Bintang Dan Bulan,
Kau Kan Tetap Di Hati Ku Jua,
Kau Lah Bulan Cinta Hati Ku,
Untuk Impian Hak Milik Kekal Abadi.....
TENTANG BULAN
Luluh hatiku yang sayu
Menatap wajahmu tenang dalam lena
Kasih zahirkan laku
Sedangkan bibirku jauh dari lafaznya
Masih kubiarkan waktu
Melarikan lafaz kasihku padamu
Mengapakah sukar menyusun bicara
Meluahkan rasa menuturkan sayang
Kasih yang terlimpah hanyalah sekadar tingkah
Cumalah ungkapan bisu kalimah rahsia
Apakah yang hilang andai dilisankan
Bait penghargaan penuh kejujuran
Tak mungkin terlihat cinta yang merona
Jika hanya renungan mata yang bersuara
Bukan tutur kata...
Tiada lagi ertinya pengucapan
Andai akhir nafas di hujung helaan
Sebelum mata rapat terpejam
Usah biar kehilangan
Menggantikan lafaz yang tersimpan....
Sinar Harapan Hidop Ku,
Cahaya Bintang Terpancar Berseri,
Oh Cinta Ku Tetap Bersemadi Dalam Hati,
Walaupun Diri Mu Jauh Dari Ku.....
Khayalan Mimpi Indah,
Menyelubungi Tidur Ku,
Setiap Detik Tak Pernah Ku lupa Mu,
Sayang Ku,Rindu Ku,
Kau Lah Cinta Ku....(Hanya Untuk Mu)
Semua Hanya Untuk Hidop Di Samping Mu,
Kau Umpama Dewi Yang Slalu Di Hati,
Disaksikan Alam Bumi,Bintang Dan Bulan,
Kau Kan Tetap Di Hati Ku Jua,
Kau Lah Bulan Cinta Hati Ku,
Untuk Impian Hak Milik Kekal Abadi.....
BULAN 2
Malam Sunyi Sepi,
Tanpa Bulan Dan Bintang,
Aku Menunggu Jua,
Bulan Yang Satu Bukan Hilang,
Tapi Kemana Ia Pergi,
Bintang Yang Banyak Pun Tiada,
Kemana Kesemuanya.....
Tapi Aku Terus Menunggu Pada Malam Itu,
Di Hati Aku Cuma Satu Yang Ku Rasa.....(BULAN)
Bulan.....
Kenapa Dengan Kau Bulan,
Kenapa Kau Tinggalkan Aku,
Aku Tak Tanya Pada Sang Bintang,
Sebab Aku Cuma Mau Kan Sang Bulan,
Kau Sungguh Indah Sang Purnama,
Aku Tersenyum Tika Melihat Mu.....(BULAN)
Sebab Aku Begitu Inginkan Mu Wahai Rembulan,
Aku sayangkan Mu....
Aku Cinta Kamo.....
Tanpa Bulan Dan Bintang,
Aku Menunggu Jua,
Bulan Yang Satu Bukan Hilang,
Tapi Kemana Ia Pergi,
Bintang Yang Banyak Pun Tiada,
Kemana Kesemuanya.....
Tapi Aku Terus Menunggu Pada Malam Itu,
Di Hati Aku Cuma Satu Yang Ku Rasa.....(BULAN)
Bulan.....
Kenapa Dengan Kau Bulan,
Kenapa Kau Tinggalkan Aku,
Aku Tak Tanya Pada Sang Bintang,
Sebab Aku Cuma Mau Kan Sang Bulan,
Kau Sungguh Indah Sang Purnama,
Aku Tersenyum Tika Melihat Mu.....(BULAN)
Sebab Aku Begitu Inginkan Mu Wahai Rembulan,
Aku sayangkan Mu....
Aku Cinta Kamo.....
TENTANG BULAN
biarkan saja.. "bulan itu"
Menatap wajahmu tenang dalam lena
Kasih zahirkan laku
Sedangkan bibirku jauh dari lafaznya
Masih kubiarkan waktu
Melarikan lafaz kasihku padamu
Mengapakah sukar menyusun bicara
Meluahkan rasa menuturkan sayang
Kasih yang terlimpah hanyalah sekadar tingkah
Cumalah ungkapan bisu kalimah rahsia
Apakah yang hilang andai dilisankan
Bait penghargaan penuh kejujuran
Tak mungkin terlihat cinta yang merona
Jika hanya renungan mata yang bersuara
Bukan tutur kata...
Tiada lagi ertinya pengucapan
Andai akhir nafas di hujung helaan
Sebelum mata rapat terpejam
Usah biar kehilangan
Menggantikan lafaz yang tersimpan....
Selamat malam bulan
Apa lagi yang harus katakan bulan?Bahwa keteguhan dalam menjalani hidup, kesabaran dalam meninggalkan kepedihan, dan kebesaran hati untuk memaafkan, telah membuat jalinan waktu ini terasa lebih indah bersamamu.
Bulan …Adakah kau tahu bahwa gemerlap cahaya mu, dalam suatu kurun waktu telah menerangi hamparan kegelapan dalam hidup ku ?Adakah kau tahu bahwa dalam resah dan gelisah saat meniti takdir, semburat kau memancar dan bersemayam di hadapan ku, untuk memberikan sebersit harapan untuk menjalani jalan panjang yang terbentang, penuh liku dan aral melintang ?
Bulan..Saat hembusan angin menerpa wajah ku, aku ingin kau juga hadir menerpa ku. Ku ingin kau hadir bersama gemericik air, bersama hangat sinar mentari, dan bersama senandung alam. aku ingin kau ada di sisi ku, bersama ku, melihat hamparan langit yang membentang, menjelajahi laut yang dalam, mendaki puncak-puncak yang menyentuh angkasa, dan melalui liku-liku aliran air sungai yang bening.
Bulan..Apapun yang terjadi tetaplah ada di sana. Tetaplah membisikkan kisah-kisah mu, sebagaimana aku yang akan tetap memberikan kisah hidup aku. Tetaplah setia memberikan sinar mu, sebagaimana aku akan setia menanti hadir mu..
Selamat malam bulan......
Mulai saat ini, biarkan angan kita tak lagi bersama. Bukannya aku tak ingin, atau kau tak ingin, tapi itu tak mungkin. Betapa dahulu kita menatap masa depan dengan penuh keyakinan, dengan hanya memandang jalan seperti sebuah garis lurus, tanpa aral tanpa duri. Kita tidak naif, hanya berusaha memupuk keyakinan dengan mencari bahagia di ujung jalan itu.
Pernah kita terantuk dan tersedar bahwa kita tak mungkin mengejar waktu. Waktu terlalu cepat berlari, terlalu cepat berkelok, terlalu cepat mendaki, terlalu cepat untuk direngkuh. Akhirnya kita tertinggal. Terseok dengan langkah longlai. Meniti jalan dengan tertatih, sambil terus berharap, bahwa kita akan menemukan bahagia, di ujung jalan itu. Kita tidak naif, hanya berusaha memupuk keyakinan dengan mencari bahagia.
Terjal, sangat terjal, juga berliku, sangat berliku. Kita tak pernah melihat kembali ke belakang, hanya berharap bahwa keyakinan yang dimiliki di masa lalu, masih kita bawa, saat kita berjalan tertatih di jalan lurus ini. Jalan dimana kita memiliki keyakinan, bahawa kita akan menemukan kebahagiaan.
Bukan aku tak mau menggenggammu, bukan kau tak mau merengkuhku, tapi waktu tak pernah membiarkan kita bersama. Bersama, saling bergandingan tangan, menatap lurus, memandang jauh ke depan, mengayunkan langkah tegap. Waktu tak pernah mengizinkan kita. Waktu tak pernah memberi sedikitpun belas kasihannya kepada kita. Waktu terlalu egois.
Persetan dengan waktu !!.
Sudahlah, sekuat apapun kita mengoyak, waktu tak pernah terkoyak. Sekuat apapun kita menyeruak, waktu tak pernah terseruak. Waktu terlalu cepat berlari, berkelok, mendaki, tak boleh direngkuh. Terima saja. Hadapi, bahwa ia harus pergi. Dia lebih baik pergi, tidak terus bersamamu, yang pengecut dan selalu berlindung diatas nama cinta.
Aku hanya ada cinta. Tak cukupkah untuk tetap menjaganya di sisiku. Aku hanya ada cinta. Dengan cinta aku berharap dapat menggenggamnya, menggandeng tangannya, melangkahkan kaki bersama, dan berharap menemukan kebahagiaan. Aku hanya ada cinta. Cinta. Hanya cinta. C …. I ….. N …… T ….. A.
Aku menangis, tapi kau tak mendengar tangisanku. Waktu telah menutup kedua telingamu. Aku tersurut, tapi kau tak melihat. Waktu telah menutup rapat kedua matamu. Aku berteriak, tetapi mulut kau tak membalas teriakan. Waktu telah membekap mulutmu..
Aku …terdampar ..dan masih berharap kau akan kembali.
Aku ….terisak ..dan masih berharap kau akan datang mengelap air mataku.
Aku hanya ada cinta. Tapi cinta tak cukup kuat untuk aku terus menggenggamnya.Seperti, aku harus melepasnya. Dan tak berhak untuk merasa kehilangan, kerana aku tak boleh kehilangan sesuatu yang tidak pernah aku miliki.
*aku tetap akan tersenyum tuk kamo*
Bulan …Adakah kau tahu bahwa gemerlap cahaya mu, dalam suatu kurun waktu telah menerangi hamparan kegelapan dalam hidup ku ?Adakah kau tahu bahwa dalam resah dan gelisah saat meniti takdir, semburat kau memancar dan bersemayam di hadapan ku, untuk memberikan sebersit harapan untuk menjalani jalan panjang yang terbentang, penuh liku dan aral melintang ?
Bulan..Saat hembusan angin menerpa wajah ku, aku ingin kau juga hadir menerpa ku. Ku ingin kau hadir bersama gemericik air, bersama hangat sinar mentari, dan bersama senandung alam. aku ingin kau ada di sisi ku, bersama ku, melihat hamparan langit yang membentang, menjelajahi laut yang dalam, mendaki puncak-puncak yang menyentuh angkasa, dan melalui liku-liku aliran air sungai yang bening.
Bulan..Apapun yang terjadi tetaplah ada di sana. Tetaplah membisikkan kisah-kisah mu, sebagaimana aku yang akan tetap memberikan kisah hidup aku. Tetaplah setia memberikan sinar mu, sebagaimana aku akan setia menanti hadir mu..
Selamat malam bulan......
~SURAT KEPADA BULAN .....
by Ady Musank on Monday, September 20, 2010 at 10:55am
Mulai saat ini, biarkan angan kita tak lagi bersama. Bukannya aku tak ingin, atau kau tak ingin, tapi itu tak mungkin. Betapa dahulu kita menatap masa depan dengan penuh keyakinan, dengan hanya memandang jalan seperti sebuah garis lurus, tanpa aral tanpa duri. Kita tidak naif, hanya berusaha memupuk keyakinan dengan mencari bahagia di ujung jalan itu.
Pernah kita terantuk dan tersedar bahwa kita tak mungkin mengejar waktu. Waktu terlalu cepat berlari, terlalu cepat berkelok, terlalu cepat mendaki, terlalu cepat untuk direngkuh. Akhirnya kita tertinggal. Terseok dengan langkah longlai. Meniti jalan dengan tertatih, sambil terus berharap, bahwa kita akan menemukan bahagia, di ujung jalan itu. Kita tidak naif, hanya berusaha memupuk keyakinan dengan mencari bahagia.
Terjal, sangat terjal, juga berliku, sangat berliku. Kita tak pernah melihat kembali ke belakang, hanya berharap bahwa keyakinan yang dimiliki di masa lalu, masih kita bawa, saat kita berjalan tertatih di jalan lurus ini. Jalan dimana kita memiliki keyakinan, bahawa kita akan menemukan kebahagiaan.
Bukan aku tak mau menggenggammu, bukan kau tak mau merengkuhku, tapi waktu tak pernah membiarkan kita bersama. Bersama, saling bergandingan tangan, menatap lurus, memandang jauh ke depan, mengayunkan langkah tegap. Waktu tak pernah mengizinkan kita. Waktu tak pernah memberi sedikitpun belas kasihannya kepada kita. Waktu terlalu egois.
Persetan dengan waktu !!.
Sudahlah, sekuat apapun kita mengoyak, waktu tak pernah terkoyak. Sekuat apapun kita menyeruak, waktu tak pernah terseruak. Waktu terlalu cepat berlari, berkelok, mendaki, tak boleh direngkuh. Terima saja. Hadapi, bahwa ia harus pergi. Dia lebih baik pergi, tidak terus bersamamu, yang pengecut dan selalu berlindung diatas nama cinta.
Aku hanya ada cinta. Tak cukupkah untuk tetap menjaganya di sisiku. Aku hanya ada cinta. Dengan cinta aku berharap dapat menggenggamnya, menggandeng tangannya, melangkahkan kaki bersama, dan berharap menemukan kebahagiaan. Aku hanya ada cinta. Cinta. Hanya cinta. C …. I ….. N …… T ….. A.
Aku menangis, tapi kau tak mendengar tangisanku. Waktu telah menutup kedua telingamu. Aku tersurut, tapi kau tak melihat. Waktu telah menutup rapat kedua matamu. Aku berteriak, tetapi mulut kau tak membalas teriakan. Waktu telah membekap mulutmu..
Aku …terdampar ..dan masih berharap kau akan kembali.
Aku ….terisak ..dan masih berharap kau akan datang mengelap air mataku.
Aku hanya ada cinta. Tapi cinta tak cukup kuat untuk aku terus menggenggamnya.Seperti, aku harus melepasnya. Dan tak berhak untuk merasa kehilangan, kerana aku tak boleh kehilangan sesuatu yang tidak pernah aku miliki.
*aku tetap akan tersenyum tuk kamo*
No comments:
Post a Comment