maulana, apa kau masih mahu ketiduran?
ana, maulana..
rindu kau di hari penitian, apa kau lupa bagaimana dia meniti dgn burungan terbang hingga ke langit tertinggi?
dari satu tangga, ke satu tangga, dia makin hampir ke syurga,
maulana, sampai bila mahu ketiduran?
mungkin, lukisan adalah penjara jiwa buat para pelukis dan pewarna,
mungkin, puitis picisan adalah pengubat jiwa buat para pemuitis prosa kata,
sampai bila hanya mahu mencelapak dengan lukisan yang sama,
bogel, bogel, dan terus disepara bogel kan.
mungkin, mungkin, mungkin, ini salah tafsiran.
mana mungkin salah ada pada takdir tuhan.
maulana, tangisan jiwa itu perlu dibuang dan dicantas pergi,
kerna, jiwa muda ini luka melihat kau hanya bergelimpangan bergelandangan.
maulana, sampai bila mahu terus berluka dan berduka..
cereka cinta nya sudah lama dinkotahkan.
menjerumus terjelopok jiwa muda ini mengkhayati jiwa mu ya maulana,
terngadah mengelabah jiwa mu rapik carik dek ombak angin angsana,
kenapa masih berkaca dan berduka?
akhirnya terjelopok kau sepi di penjuru kota.
duhai maulana, bangkitlah dari angan kosong mu,
khabarkan pada alam yang manusia punya kuasa,
bukan hanya berdurjana dalam khayalan semesta yang kau cipta,
kerna disitu, kau sudah pahami erti sengsara, luka dan luka,
mengapa masih bergelandangan kegampangan?
angkuh mu maulana, bisa perlu tunduk pada jiwa-jiwa muda yang gila,
berikan ruang untuk ada kan ada dalam dada.
bukan hanya terus tidur dalam mati yang kau sendiri enggan nikmati,
kembalilah, pulanglah, kuasakan minda dan jiwa,
agar kau tidak lagi bergelandangan di tanjung harapan,
kerna disini, tapak muda untuk bangkit dan terus merdeka.
-tribute untuk para penggelandangan yang masih tidur , yang masih dalam kotak dan petak yang sama.
"khabar kan pada angin, yang semalam aku mimpi kan lapangan terbang dan angin-angin nostalgia lama."
No comments:
Post a Comment